Wednesday, July 30, 2008

Sikap "Seandainya Dulu"

Baru baru ini seorang kawan baru saja mendapat ujian (saya lebih suka menggunakan kata ujian, tantangan, ketimbang masalah). Teman saya ini kemudian bingung harus mengambil keputusan apa untuk melalui batu ujian ini.

Banyak teman dari lingkungan dekatnya yang memberikan urun-rembuk kira kira solusi apa yang cespleng untuk lewat dari tantangan kali ini. Banyak saran-saran yang sifatnya sangat produktif. Banyak teman-teman dekatnya termasuk saya sendiri yang akhirnya berbrainstorming.

Namun, ada juga yang mempunyai sikap "seandainya dulu..." Anda tahu kan maksud saya? Yah seandainya dulu loe mau ngedengerin gue.. Seandainya dulu elu nggak ngambil keputusan ini, dsb dsb. Seandainya dan seandainya...

Bagi saya ini penyakit yang harus diberantas. Kenapa? Karena menyebabkan kita selalu hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Menyesali kejadian dimasa lalu, kemudian menghukum diri di masa sekarang atau bahkan di masa depan.

Bagi saya sekedar membuat kilas balik, itu sih tidak apa-apa. Kilas balik atau melakukan releksi terhadap masa lalu kita sebenarnya bisa sangat produktif. Memberikan masukan kepada kita tentang apa yang seharusnya kita perbuat di masa sekarang dan masa datang, sehingga ujian yang serupa tidak datang kembali.

Berkaca kepada masa lalu menjadi sangat berguna saat kita justru menatap dan melangkah kedepan. Bukan membuat kita hidup dimasa lalu. Masa lalu sudah lewat. Waktu yang telah terbuang tidak akan pernah kembali lagi, jadi buat apa menyesali diri atau bahkan menghukum diri sendiri ?

Hukumlah diri sendiri dengan membuat keputusan yang lebih baik daripada apa yang pernah kita perbuat dimasa lalu. Sesali keputusan masa lalu tapi hadiahi diri dengan keberanian melangkah maju dan melupakan masa lalu.

Your Ad Here